Kemarin tanggal 15 Maret 2017, saya dan Papa pulang ke
kota kelahiran saya di Cilacap, Jawa Tengah. Mungkin kalian gak banyak tahu ya
tentang Cilacap. Cilacap ini letaknya ada di perbatasan antara Jawa Barat dan
Jawa Tengah, di sebelah selatan Purwokerto. Saya lahir dan menyelesaikan bangku
pendidikan TK hingga SMP di kota ini. Untuk sampai ke Cilacap, ada beberapa
moda transportasi yang tersedia, seperti naik mobil pribadi, travel, naik
pesawat maupun naik kereta api. Bicara soal moda transportasi, keluarga saya
sih selalu naik kereta api saat pulang pergi Jakarta-Cilacap.
Untuk naik kereta api, kita berangkat dari stasiun Gambir
dan kereta ke Cilacap ini bernama KA Purwojaya. Kereta Purwojaya ini juga
melewati kota-kota besar lainnya di Jawa seperti Cirebon dan Purwokerto. Biasanya
jam keberangkatan dari Stasiun Gambir sekitar pukul 10 malam dan sampai di
Cilacap jam 5 pagi lewat sedikit. Jadi waktu perjalanan dengan kereta api ini
sekitar 7 jam. Lama juga ya? Memang lama banget, tapi bangku KA ini tetap aja
sering penuh.
Setelah membeli tiket di loket karcis di Stasiun Gambir,
saya dan Papa langsung masuk ke dalam melewati petugas pemeriksa dan naik ke
atas, menunggu di peron kereta api. Tipe tempat duduk yang kami beli waktu itu
kelas eksekutif, kelas paling tinggi di kereta ini. Ada kelas bisnis dan kelas
ekonomi juga, tapi jangan salah paham ya, karena kelas bisnis sekalipun masih
di bawah eksekutif. Kelas eksekutifnya sendiri ada beberapa jenis, jadi ada
yang sedikit lebih murah dan sedikit agak mahal, bedanya sekitar 20.000 –
40.000 Rupiah. Biasanya sih kelas eksekutif dengan harga termurah selalu habis
duluan, sisanya yang agak mahal. Bedanya dimana sih? Sepertinya lebih ke arah
gerbongnya. Gerbong yang lebih baru biasanya lebih mahal, tapi menurut saya gak
kerasa juga perbedaannya. Jadi tetap aja lebih worthed beli yang murah.
Cleaning service lagi mengumpulkan sampah penumpang sebelumnya |
Tayangannya tetap ya Mr Bean |
Formasi tempat duduk di kelas eksekutif ini sendiri 2-2.
Legroomnya juga lega banget, jauh lebih besar dibandingkan legroom pesawat LCC
kelas ekonomi. Di atas kursi kita juga ada kompartemen buat menyimpan barang
bawaan. Di ujung gerbong biasanya dipasang TV untuk hiburan. Gak lama setelah
kereta berangkat, petugas Reska (yang menyediakan makanan di kereta) mulai
bergerak mendorong troli dan menawarkan makanan mereka ke penumpang. Jangan
salah ya, meskipun lama perjalanannya 7 jam dan tempat duduk kita kelas
eksekutif, kita gak dapat makan secara cuma-cuma. Karena kami sudah makan malam
di rumah, kita gak beli apa-apa lagi dari mereka. Tidak lama setelah itu,
petugas KA datang membagikan selimut dalam plastik, agar kita gak kedinginan
selama perjalanan. Suhu di dalam kereta ini benar-benar dingin, apalagi saat
menjelang subuh. Jadi sebaiknya pakaian yang tebal + selimutan kalau gak tahan
dingin.
Legroom sangat lega |
Sekarang saya ingin cerita soal perbedaan gerbong kereta
jaman dulu dan sekarang. Bisa dibilang, kereta api jaman sekarang udah jauh
lebih baik dibandingkan kira-kira 10 tahun yang lalu. Sebagai pengguna kereta
api, saya sering merasa gerbong kereta kita di jaman dulu itu kotor, bahkan
sering ada kecoak jalan-jalan di gerbong kereta kelas eksekutif. Selain itu,
jaman dulu pintu keluar masuk gerbong itu masih model geser manual, jadi kalau
ada penumpang yang ingin ke WC (letak WC biasanya di Bordes/sekat antar
gerbong) dan lupa nutup pintu geser, kita-kita yang lagi tidur bisa kebangun
karena suara roda kereta yang bergesekkan dengan rel itu kencang dan berisik
banget. Sekarang mereka uda pakai tombol, jadi kalau mau keluar tinggal pencet
tombol, nanti pintunya kebuka sendiri. Tutupnya pun juga otomatis, ada timernya.
Selain itu, di kereta jaman dulu, kompartemennya belum sebagus sekarang yang
mirip kompartemen di pesawat terbang. Kereta jaman sekarang juga udah gak
mengijinkan penjaja makanan/oleh-oleh naik ke kereta dan jualan di area bordes.
Sebenarnya ini ada plus dan minusnya sih, karena jujur saya suka beli makanan
dari penjual-penjual itu. Penampilan petugasnya pun jauh lebih rapi dan udah
mirip pramugari/pramugara di pesawat terbang. FYI, kereta jaman dulu masih
menyediakan makanan loh untuk penumpang, tapi makanannya menurut saya sangat
low quality. Bahkan tante saya pernah bilang itu makanan kucing karena selain
porsinya kecil banget, penampilan makanannya juga jauh dari menarik. Banyak
penumpang yang gak mau makan, jadi mungkin karena itu free meals dihapuskan.
Kabar baik lainnya, kereta jaman sekarang itu ada power socketnya, jadi kita
bisa ngecharge HP/laptop selama perjalanan panjang ini. Entertainment di
keretanya tetap sama, mereka hanya memutar film/music video jadul dan kita gak
bisa ganti channel/salurannya. Satu hal yang saya kurang suka selama
perjalanan, petugas cleaning service bolak balik mondar mandir bawa kantung
plastic hitam dan teriak Sampah, Sampah (minta sampah maksudnya). Bener-bener
menganggu orang yang sedang tidur apalagi kalau duduknya di aisle.
Hari 1
Back to the story again, sekitar jam 5 pagi akhirnya
kereta kami tiba di stasiun akhir yaitu stasiun Cilacap. Begitu keluar dari
stasiun, saya dan papa naik becak motor ke rumah kami yang sudah lama kosong.
Kita memang masih punya rumah disini dan selama kita tinggal di Jakarta, rumah
ini dibiarkan kosong tanpa penghuni. Selesai bersih-bersih, kami langsung ke
Kantor Pajak untuk mengurus segala hal terkait pajak yang belum clear. Tujuan
awal kita kesini memang hanya ke kantor pajak sih hehehehe. Tapi saya juga akan
membagikan cerita tentang kegiatan apa aja yang kalian bisa lakukan di Cilacap.
Semoga bisa jadi referensi yang baik.
Selesai urusan di kantor pajak, saya diajak makan pagi di
Rumah Makan PMK yang letaknya di dekat pelabuhan. Rumah Makan PMK ini
benar-benar rumah yang ruangannya dimodifikasi jadi ruang makan. Makanan disini
rata-rata masakan rumahan seperti mie goreng, ayam goreng, bakwan, tempe
goreng, telur dadar dan masih banyak lagi. Saat itu saya memesan sepiring nasi
dengan sayuran, telor dadar dan bakwan jagung. Minumnya Aqua botol. Rasa
makanan yang saya pesan enak, saya sendiri paling suka bakwannya. Harga makanan
saya sekitar Rp 25.000. Ini agak mahal sih untuk ukuran kota Cilacap.
Sesudah sarapan, kita langsung ke Jalan Serayu naik motor,
ke sebuah rumah yang ternyata jadi tempat jual beli udang dan ikan segar. Papa
saya beli beberapa kilo udang segar yang belum dikupas untuk dibawa ke Jakarta,
karena harga disini lebih murah. Kira-kira harganya sekitar Rp 40.000/kg, udah
bisa dapat udang yang sangat segar.
Pulang ke rumah, Papa saya langsung bersihin dan kupas
udang-udang tersebut, lalu dimasukkan ke plastik bening dan diikat. Sebenarnya
kita gak boleh membawa bahan makanan mentah seperti ini naik kereta, aturan ini
udah berlaku sejak beberapa tahun terakhir. Tapi menurut saya, asalkan
dibungkus yang rapi dan benar, sepertinya gak masalah. Bahan makanan mentah ini
kan harus selalu dingin, jadi kita simpan dulu di freezer sebelum dibawa ke
Jakarta.
Salah satu jalan di kota Cilacap. Gersang banget ya kelihatannya. Tapi gak semua jalan seperti ini... |
Trotoarnya sudah dikasih tegel..ada undakannya lagi. |
Becak masih sangat lumrah ditemukan di Cilacap. |
Siang harinya, kita jalan lagi ke Rumah Makan Prapatan di
perempatan dekat Kelenteng. Rumah Makan Prapatan ini udah terkenal banget di
Cilacap, letaknya persis di sebelah restoran Sahabat. Dua restoran ini beda
pemiliknya. Keluarga kami sendiri lebih sering makan di Rumah Makan Prapatan ya
untuk acara-acara spesial seperti menjamu tamu atau makan tahun baru. Pas kita
masuk, rumah makan ini bener-bener sepi, hanya ada kita. Lalu kita langsung
memesan makanan, yang rata-rata memang masakan Chinese. Saya dan Papa sama-sama
memesan Nasi Capcay dengan minum Es Tea Manis. Gak lama kemudian, makanan kita
diantar ke meja. Nasi Capcay yang kita pesan isinya gak hanya sayur-sayuran
saja, tapi ada daging Babi dan Seafood yang cukup banyak jumlahnya. Kuah
Capcaynya enak sekali. Menurut saya ini adalah Capcay terenak di kota ini, dan
salah satu capcay terenak yang pernah saya makan. Gak pernah deh ketemu capcay
lain yang rasanya seperti ini. Wajib dicoba pakai banget kalau kalian mampir ke
kota Cilacap. Sayang sekali, ada satu minus point dari rumah makan ini.
Pelayanannya boleh saya bilang buruk sekali. Saat kita datang, mereka bahkan
gak ngucapin salam dan hanya meletakkan buku menu di atas meja terus pergi
lagi. Saat kita minta tambahan sambal kecap, pelayannya malah ngomel-ngomel ga
jelas sambil bisik-bisik ke staf lain, baru staf lain itu datang bawa sambal
kecap untuk kita. Memang sih rumah makan Prapatan ini udah masuk kategori “legend”
di Cilacap, tapi pelayanannya juga gak boleh seenaknya begitu dan sebaiknya
pelayan disana dikasih training yang benar. Harga nasi capcay dan tea manis
yang saya pesan sekitar Rp 39.000.
Sesudah makan, saya dan Papa menuju ke Jalan Kalidonan
untuk membeli oleh-oleh khas Cilacap berupa keripik. Nama tokonya ini Thoha
Snack, letak daerahnya sih agak jauh dari tempat kita makan tadi. Thoha Snack
ini ada di dekat kantor Pertamina Refinery Unit Cilacap. Buat kalian yang baru
pertama kali ke Cilacap, di Cilacap ini banyak banget kilang minyak Pertamina
karena mereka memang beroperasi di wilayah ini. Di Cilacap juga banyak WNA
terutama dari China, yang rata-rata bekerja di PLTU. Jadi jangan heran saat
malam tiba kalian bisa lihat ada WNA Chinese naik becak mengelilingi kota
sambil ngomong bahasa Mandarin.
Ini yang namanya Manggleng, baik yang asin maupun manis rasanya sama enaknya |
Kalau ini keripik pisang |
Toko Thoha Snack ini bentuknya rumah biasa yang bagian
garasinya dijadikan tempat etalase kerupuk. Kerupuknya sendiri ada macam-macam,
ada kerupuk ikan tenggiri, keripik pisang, manggleng, kerupuk sukun, dan masih
banyak lagi. Paling favorit disini ya Manggleng, karena itu keripik khas kota
Cilacap. Opsi lain yang wajib dicoba yaitu kerupuk sukun yang bentuknya balok
dan rasanya gurih itu, serta keripik pisang original yang sangat renyah. Kalau
beli dalam jumlah besar, biasanya dikasih dus. Satu bungkus kerupuk di Thoha
Snack sekitar 10ribuan.
Selesai belanja kerupuk, kita langsung jalan lagi ke Teluk
Penyu. Sebagai salah satu objek wisata di Kota Cilacap, Teluk Penyu menawarkan
pantai yang cukup indah dan banyak rumah makan seafood bakar di sepanjang jalan
disana. Selain Teluk Penyu, di sekitar sini juga ada Benteng Pendem yang
merupakan benteng peninggalan Belanda dan dibangun pada tahun 1800an. Meskipun
saya udah lama tinggal di Cilacap, saya sama sekali gak pernah masuk ke obyek
wisata satu ini. Saat kecil sih saya sering dengar, banyak
kesurupan/penampakkan terjadi disana. Karena ketakutan yang tidak berasalan
itu, makanya sampai sekarang saya belum pernah masuk ke dalam wkwkwk.
Kita sendiri ke Teluk Penyu bukan buat main-main,
melainkan membeli hasil laut dari Cilacap yang begitu melimpah dan murah
harganya. Disini kita ke sejenis pasar ikan yang ukurannya kecil, terus disana
sudah berjejer ikan dan udang segar yang siap dibeli. Penjual disini kadang mau
disuruh ngupasin udang dan masukkin ke plastik bening yang kecil. Selesai dari
sana, kita lanjut ke Kelenteng Lam Tjeng Kiong untuk sembahyang sebentar.
Kelenteng ini biasanya selalu ramai saat Imlek. Dulu saat saya masih kecil,
pernah ada acara hiburan pasca Imlek di kelenteng ini dan sangat meriah,
sampai-sampai sebagian jalan di depan kelenteng ditutup. Mereka pernah
mengundang artis Taiwan/Malaysia kesini loh. Kemarin pas saya datang, kita
sempat melihat beberapa anak muda lagi latihan main Barongsai. Sebagai
kelenteng yang terbesar dan terkenal di Cilacap, tempat ini patut dikunjungi
buat kalian yang pertama kali ke Cilacap.
Ada yang lagi latihan Main Barongsai |
Ini apa ya namanya? |
Kelenteng udah, berikutnya kita lanjut lagi ke KFC buat
beli makan malam. Hahaha agak aneh juga kan, jauh-jauh ke Cilacap tapi makannya
tetap KFC. Sebenarnya ada tempat makan ayam goreng yang cukup terkenal disini,
namanya Depot Novi. Tapi entah kenapa kita gak pingin makan ayam goreng model
jawa, jadinya beli KFC dan di take-away buat makan di rumah. FYI, KFC ini hanya
ada 1 di seluruh kabupaten Cilacap yang luas ini. Letaknya ada di Jalan Ahmad
Yani, jalanan yang bisa saya katakan paling hidup dan ramai di kota ini. Sejak
buka hingga sekarang, KFC ini tetap jadi hits dan tempat nongkrong favorit anak
sekolahan di Cilacap.
Dari KFC, kita balik lagi ke rumah untuk mandi dan makan
malam. Sebenarnya saat itu belum malam-malam banget, baru sekitar jam 5 sore. Setelah perut kenyang dan jam
menunjukkan pukul 6, kita pergi lagi jalan-jalan ke Rita Pasaraya, departemen
store paling terkenal di Cilacap. Biasanya sih orang-orang menyebutnya Rita. Di
bagian depan Rita ada area foodcourt yang menjual aneka jenis makanan kecil
maupun berat. Masuk ke dalam ke Lantai Dasar, disini tempat membeli aneka
kebutuhan seperti makanan ringan, beras, buah, makanan beku, bakery, dsb.
Lantai 2-nya tempat pakaian baik pria, wanita maupun anak-anak. Lantai 3-nya
ini mixed, ada tempat sepatu, alat tulis, perlengkapan dapur, TV dan mesin
cuci, hingga tas dan jam tangan. Sebenarnya Rita ini gak begitu luas, mungkin
luasnya hampir sama dengan Transmart, tapi dari segi desain interior masih
bagusan Transmart hehehe. Dari dulu hingga sekarang, Rita selalu ramai oleh
pengunjung meskipun ada Toserba lain seperti Giant dan Borobudur Plaza. Rita di
Cilacap berbeda ya dengan Rita di kota tetangga Purwokerto, yang bentuknya udah
mall. Sewaktu saya kecil, kalau mau jalan-jalan yang seru ya ke Rita. Berasa
jalan-jalan ke mall aja jaman itu, padahal Rita ini dari segi ukuran jauh lebih
mini dibandingkan mall. FYI dulu di Rita ini naik turun antar lantainya naik
tangga loh, tapi sekarang udah ada eskalator. Lift untuk pengunjung kayaknya
masih belum ada.
Satu-satunya "mall" di Cilacap |
Fila, merk sepatu lama |
Tangga yang difungsikan sebagai tempat pajangan tanaman hias. |
Tas aneka merek di Rita |
Barang-barang unik |
Di Rita kita cuma beli antena mini yang dipasang langsung
di belakang TV. Selesai dari Rita, Papa ngajak beli martabak di Martabak Alaska
Jalan S Parman, kedai martabak yang memang terkenal di Cilacap. Sebenarnya
masih ada beberapa lagi yang lumayan terkenal, seperti Martabak Vanessa atau
San Fransisco, tapi yang paling recommended emang Alaska. Karena yang makan
hanya kita berdua, saya menolak. Akhirnya kita ke perempatan jalan di dekat
rumah (depan Yamaha Mataram Sakti Jalan Re. Martadinata), disana ada gerobak
mie goreng yang menurut saya mie-nya enak. Akhirnya kita gak hanya beli mie
goreng aja, tapi juga tahu goreng dan roti bakar yang gerobaknya
sebelah-sebelahan sama si mie. Total untuk semuanya hanya Rp 34.000 (mie goreng
Rp 15.000, Roti Bakar 14.000, Tahu Goreng Rp 5.000). Kita bungkus semua dan
makan di rumah. Paling enak jelas mie goreng dan roti bakarnya. Mie gorengnya
benar-benar khas tiada duanya dan roti bakarnya juga enak pakai banget.
Ini enak banget |
Coklatnya melimpah di tengah tangkupan roti |
Mie Goreng favorit saya..setelah makan ini harus banyak minum air karena bila tidak, kerongkongan akan kering dan sakit |
Hari 2
Hari ini rencananya kita mau membeli beberapa barang
titipan terutama makanan yang sudah matang. Pagi-paginya saya makan nasi dari
rumah makan PMK, tapi kali ini dibungkus untuk dimakan di rumah. Lalu papa saya
pergi membeli bakso urat daging sapi yang terkenal di Cilacap, nama kedai
baksonya Bakso Pak Gepeng. Lokasinya ada di Jalan Pemintalan. Kedai bakso ini
selalu ramai dan banyak mobil yang parkir di luarnya terutama saat jam makan
siang. Kalau kalian ke Cilacap, harus cobain bakso satu ini. Kali ini baksonya
kita bungkus untuk dibawa ke Jakarta. Supaya gak cepat basi, sebaiknya beli
baksonya sejak pagi-pagi jadi baksonya gak begitu panas saat dibawa naik ke
gerbong kereta yang ber AC siang harinya.
Setelah membeli bakso, kemudian kita ke Stasiun Kereta Api
Cilacap untuk ngeprint tiket kereta. Kita udah beli tiket balik ke Jakarta
sebelum datang ke sini, melalui mesin tiket di stasiun gambir. Biasanya tiket pemberangkatan
ke Jakarta di hari Jumat seringkali habis saat dipesan di hari H. Tapi sekalipun
habis, gak perlu khawatir juga karena masih ada moda transportasi lain seperti
naik travel.
Siangnya kita pergi ke jalan A. Yani lagi dan makan mie di
Mie Bakso Rahayu. Jadi mie bakso rahayu ini jualan mie ayam dan bakso
ikan/sapi. Kita cuma pesen satu mangkuk mie ayam dan 2 porsi bakso ikan. Mienya
banyak dan taburan daging ayamnya juga melimpah, tapi agak keasinan menurut
saya. Gak tau ya kenapa bisa asin begini, mungkin karena saat masak engkohnya
diajak ngobrol terus sama ayah saya, jadi gak konsen masaknya. Mienya katanya
bikinan sendiri, jadi bersih dan bebas pengawet. Bakso ikannya disajikan di
mangkuk terpisah. Rasa kuahnya agak asing di lidah saya, tapi bakso ikannya
enak dan ukurannya sendiri cukup besar. Bakso ikannya sih beneran enak, karena
ikannya masih terasa sekali dan gak bau amis.
Setelah makan mie dan balik ke rumah, kita packing dan
naik angkot ke stasiun. Iya naik angkot, tapi angkotnya udah kita booking
sebelumnya, sekali jalan ke stasiun Rp 30.000. Jujur aja kalau menurut saya sih
agak mahal, padahal jarak rumah saya ke stasiun gak jauh hehehe.
Bentuk tiket kereta saat ini, namanya Boarding Pass |
Sesampainya di stasiun, kita melewati konter pengecekkan dan (puji tuhan) bahan makanan mentah yang kami bawa gak ketahuan, jadi kita bisa langsung naik ke gerbong kereta eksekutif. Oh iya untuk bagasi/barang bawaan, akan ada penimbangan dulu di konter pengecekkan, kalau dirasa perlu oleh petugas stasiunnya. Kalau mereka gak minta kita timbang, artinya aman dan bisa langsung bawa naik ke gerbong. Kereta kami sendiri berangkat dari Stasiun Cilacap pukul 14.30 dan melewati beberapa kota dengan jalur yang sama seperti sebelumnya. Saat kereta mulai bergerak, saya menyadari arah duduk saya berlawanan dengan arah gerak kereta. Ada tuas di setiap kursi kereta untuk memutar body kursi sehingga searah dengan jalannya kereta. Tapi kali itu saya gak muter-muter body kursinya lagi, karena kalau saya muter tapi orang yang duduk di belakang saya gak muter, jadinya kita malah hadap-hadapan. Gak enak kan hahaha. Lagipula, nanti arah keretanya akan berubah lagi, jadi gak usah repot-repot memutar body kursi.
Karena perjalanan kali ini waktunya siang hingga malam
hari, saya dan papa memutuskan untuk mencoba makanan di kereta api. Kita beli
nasi goreng parahyangan, harganya saya gak ingat. Isinya ada nasi goreng, acar,
ayam goreng, sejenis fishcake dan kemasannya sendiri cukup rapi. Setelah saya
baca keterangan pada kemasannya, ternyata ini makanan yang dibuatnya sudah agak
lama, jadi petugas kereta hanya memanaskan lagi (dengan microwave) dan dijual
ke penumpang. Jadi ini bukan makanan fresh yang baru dimasak ya. Rasa nasi
gorengnya sendiri lumayan enak, rempah-rempahnya berasa sekali sayang agak berminyak.
Setelah kira-kira 7 jam perjalanan, kereta kami akhirnya sampai di Stasiun
Gambir. Dengan demikian, selesai juga kisah perjalanan kali ini.
Nasi Gorengnya masih terbungkus rapi hahaha |
Selama tinggal di Cilacap, saya kan stay di rumah sendiri, jadi gak bisa review hotel-hotel yang ada di kota ini. Meskipun begitu, kalau kalian mau stay di hotel yang agak modern di Cilacap, rekomendasi saya adalah Hotel Dafam atau Favehotel. Favehotel masih lebih baru dibandingkan Hotel Dafam, dan Favehotel termasuk jaringan hotel international jadi standarnya pasti cukup tinggi. Sementara itu, Hotel Dafam setau saya termasuk jaringan hotel lokal dan sebelum Favehotel dibangun, bisa dibilang Dafam ini hotel nomor satu di Cilacap. Jadi dua-duanya sama-sama oke, tinggal sesuaikan dengan budget kalian. Kalau kalian mau stay di hotel yang agak tradisional, otentik dan jadi ciri khas Cilacap selama berpuluh-puluh tahun, maka kalian bisa pilih Hotel Wijayakusuma. Hotel ini sejak dulu sudah terkenal di Cilacap, tapi kalau kita bandingkan dengan hotel-hotel baru yang dibangun beberapa tahun belakangan ini, Hotel Wijayakusuma terasa jadul abis. Jadi menurut saya pribadi, 3 hotel tersebut paling pas dijadikan pilihan akomodasi kalau kalian ingin bermalam di kota ini.
Obat Aborsi
BalasHapusObat Aborsi Asli
Jual Obat Aborsi Ampuh
Obat Penggugur Kandungan